Hewan berbulu memang punya tempat tersendiri bagi para pecinta binatang. Mulai dari kucing, anjing, musang, kelinci, tupai, bebek, burung, ayam dan lain sebagainya. untuk jenis unggas, biasanya binatang ini sering dipelihara untuk di ambil telur atau dagingnya. namun untuk jenis mamalia, bianatang ini di sukai karena kelucuannya, misalnya saja kelinci. Sejak dahulu hewan berbulu seperti , kucing dan kelinci
sudah menyita perhatian kami. Kami sekeluarga sangat menyukai ke dua jenis hewan ini. Rasanya jika melihat sekumpulan hewan
tersebut lewat di depan mata ingin sekali didekap erat-erat. Terlebih
untuk kelinci, hewan yang satu ini benar-benar membuat kami jatuh hati,
wajahnya yang imut membuat kami ingin memeliharanya. Karena faktor
itulah akhirnya kami memulai hobi beternak kelinci skala rumahan. Sejak
tahun 2005 kami mulai mengaplikasikan hobi memelihara kelinci menjadi wadah pembelajaran dalam berbisnis dalam skala kecil.
Perkembangan usaha ternak kelinci di Indonesia sendiri perlahan mulai berkembang. perlahan namun pasti, usaha peternakan kelinci mulai meningkat secara efisien. Dari data Statistik Peternakan dapat dilihat populasi
kelinci tahun 2009 baru mencapai 834.608 ekor. Pada tahun 2010 telah
terjadi peningkatan sebesar 7,6% mencapai 898.075 ekor. Peningkatan ini tidak lepas dari kemudahan-kemudahan dalam menjalankan usaha ternak kelinci . Ada beberapa
keuntungan ekonomi yang diperoleh dari beternak kelinci pada usaha skala
kecil dan menengah antara lain: modal usaha yang relatif kecil, pakan sangat mudah diperoleh dan
tidak tergantung pada pakan pabrik atau bahan baku impor, mampu mengkonsumsi
produk limbah hijau secara efisien sehingga tidak bersaing dengan pangan,
mudah beradaptasi dengan lingkungan, tidak membutuhkan lahan yang luas,
menghasilkan daging sehat dan halal, menghasilkan beragam produk selain
daging seperti kulit, kulit-bulu, pupuk organik, kelinci hias, serta
kualitas daging mengandung protein tinggi dan rendah kolesterol.
Pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan ternak kelinci di
Indonesia dengan meluncurkan 2 pola pengembangan kelinci yaitu: Pola
Kampung Kelinci, yaitu pengembangan usaha budidaya ternak kelinci pada
satu daerah/kampung secara terpadu dengan mengaplikasikan teknologi
secara maksimal, serta Pola Integrasi, yaitu pengembangan usaha budidaya
ternak kelinci pada sentra tanaman hortikultura, sehingga terjadi
simbiosis antara usaha peternakan dengan tanaman (hortikultura).
Kegiatan pengembangan ternak kelinci dilakukan melalui fasilitas dana
bantuan sosial (bansos) dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) yang
telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan tujuan meningkatkan
permodalan kelompok dalam mengembangkan usaha budidayanya, meningkatkan
populasi, produksi dan produktivitas ternak yang dikelola oleh peternak
secara berkelanjutan, meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok,
mendorong berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) agribisnis dan
kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya (Ditjennak, 2011).
Pasang surut dalam menjalani bisnis ini memang sempat kami alami, ada beberapa faktor yang bisa menjadi kendala kami untuk menekuni bisnis ini, yakni tenaga dan pemasaran. Maklum bisnis kelinci kami masih tergolong usaha rumahan, hanya ayah kami yang sudah tua yang mengurus peternakan ini. Untuk itu walaupun saat ini posisi saya di luar kota, saya tetap berinisiatif untuk berusaha memasarkan kelinci ayah saya. besar harapan kami jika anda mau berkunjung di peternakan kecil kami di Desa (update : Maaf Sementara Sudah Tidak Jualan Lagi), kecamatan Palang kabupaten Tuban atas nama Bapak Watroep.
Sumber Rujukan: http://evrinasp.wordpress.com
No comments:
Post a Comment