Monday 4 February 2013

Perkembangan Usaha Ternak Kelinci di Indonesia

Hewan berbulu memang punya tempat tersendiri bagi para pecinta binatang. Mulai dari kucing, anjing, musang, kelinci, tupai, bebek, burung, ayam dan lain sebagainya. untuk jenis unggas, biasanya binatang ini sering dipelihara untuk di ambil telur atau dagingnya. namun untuk jenis mamalia, bianatang ini di sukai karena kelucuannya, misalnya saja kelinci. Sejak dahulu hewan berbulu seperti , kucing dan kelinci sudah menyita perhatian kami. Kami sekeluarga sangat menyukai ke dua jenis hewan ini. Rasanya jika melihat sekumpulan hewan tersebut lewat di depan mata ingin sekali didekap erat-erat. Terlebih untuk kelinci, hewan yang satu ini benar-benar membuat kami jatuh hati, wajahnya yang imut membuat kami ingin memeliharanya. Karena faktor itulah akhirnya kami memulai hobi beternak kelinci skala rumahan. Sejak tahun 2005 kami mulai mengaplikasikan hobi memelihara kelinci menjadi wadah pembelajaran dalam berbisnis dalam skala kecil.

Perkembangan usaha ternak kelinci di Indonesia sendiri perlahan mulai berkembang. perlahan namun pasti, usaha peternakan kelinci mulai meningkat secara efisien. Dari data Statistik Peternakan dapat dilihat populasi kelinci tahun 2009 baru mencapai 834.608 ekor. Pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan sebesar 7,6% mencapai 898.075 ekor. Peningkatan ini tidak lepas dari kemudahan-kemudahan dalam menjalankan usaha ternak kelinci . Ada beberapa keuntungan ekonomi yang diperoleh dari beternak kelinci pada usaha skala kecil dan menengah antara lain: modal usaha yang relatif kecil, pakan sangat mudah diperoleh dan tidak tergantung pada pakan pabrik atau bahan baku impor, mampu mengkonsumsi produk limbah hijau secara efisien sehingga tidak bersaing dengan pangan, mudah beradaptasi dengan lingkungan, tidak membutuhkan lahan yang luas, menghasilkan daging sehat dan halal, menghasilkan beragam produk selain daging seperti kulit, kulit-bulu, pupuk organik, kelinci hias, serta kualitas daging mengandung protein tinggi dan rendah kolesterol.

Pemerintah juga ikut berperan dalam pengembangan ternak kelinci di Indonesia dengan meluncurkan 2 pola pengembangan kelinci yaitu: Pola Kampung Kelinci, yaitu pengembangan usaha budidaya ternak kelinci pada satu daerah/kampung secara terpadu dengan mengaplikasikan teknologi secara maksimal, serta Pola Integrasi, yaitu pengembangan usaha budidaya ternak kelinci pada sentra tanaman hortikultura, sehingga terjadi simbiosis antara usaha peternakan dengan tanaman (hortikultura).

Kegiatan pengembangan ternak kelinci dilakukan melalui fasilitas dana bantuan sosial (bansos) dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan tujuan meningkatkan permodalan kelompok dalam mengembangkan usaha budidayanya, meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak yang dikelola oleh peternak secara berkelanjutan, meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok, mendorong berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya (Ditjennak, 2011).

Pasang surut dalam menjalani bisnis ini memang sempat kami alami, ada beberapa faktor yang bisa menjadi kendala kami untuk menekuni bisnis ini, yakni tenaga dan pemasaran. Maklum bisnis kelinci kami masih tergolong usaha rumahan, hanya ayah kami yang sudah tua yang mengurus peternakan ini. Untuk itu walaupun saat ini posisi saya di luar kota, saya tetap berinisiatif untuk berusaha memasarkan kelinci ayah saya. besar harapan kami jika anda mau berkunjung di peternakan kecil kami di Desa (update : Maaf Sementara Sudah Tidak Jualan Lagi), kecamatan Palang kabupaten Tuban atas nama Bapak Watroep.

Sumber Rujukan: http://evrinasp.wordpress.com  

No comments:

Post a Comment